Rendah Hati adalah suatu sikap yang tulus mengasihi orang lain
tanpa memandang latar belakang apapun, menempatkan diri pada posisi dengan
benar, memberikan rasa nyaman, memberikan nilai, berintegritas serta penguasaan
diri dari berbagai bidang dan faktor yang dihadapi.
Sikap orang rendah hati
pada manusia tercemin seperti tumbuhan padi “Semakin berisi semakin merunduk”, tetapi sesungguhnya sikap rendah
hati merupakan perbuatan Tuhan yang dicurahkan kepada kita yang percaya. Bagi
manusia itu sangat sulit diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari karena manusia hidup dalam dua unsur: Rohani dan Jasmani.
Kebutuhan dari dua
unsur tersebut selalu diperhadapkan dengan perbedaan yang saling mengorbankan
satu dengan yang lain, tetapi seorang yang rendah hati mampu menyeimbangkan
keadaan tersebut dari implementasi Salib. Dimana kebutuhan rohani menyangkut
hubungan antara manusia dengan Allah dilambangkan dengan hubungan vertikal,
kebutuhan Jasmani menyangkut hubungan antar sesama manusia dilambangkan
hubungan secara horizontal.
Untuk menyatukan dua kebutuhan tersebut Allah
mengutus kristus sebagai penuntun manusia untuk mengatur kedua kebutuhan
tersebut (Yoh 3:16). Yesus mengajarkan kerajaan Allah kepada manusia dan juga
mengajarkan bagaimana seharus nya interaksi sesama manusia dengan Cinta kasih.
Untuk menyikapi Interaksi antar sesama manusia sikap rendah hati itu tercipta berdasarkan
keteladanan terhadap Kristus. Proses
pembentukan pola sikap rendah hati terwujud dari proses implementasi buah buah
roh, yang diajarkan oleh Kristus bagi kita.
Arti Dari Kesembilan Buah Roh
Setipa buah Roh yang terdapat di dalam
Galatia 5:22-23 adalah sebuah aspek dari sifat-sifat Allah. Karena itu, sasaran Roh Kudus adalah
mengahasilkan setiap buah Roh ini di dalam hidup kita sehingga sifat kita bisa
seperti kebenaran Firman Tuhan. Panggilan kita adalah “menjadi serupa dengan gambaran-Nya” (Roma 8:29).
Kesembilan sifat ini harus berkembang dalam hidup kita, untuk kita dapat
bertumbuh dalam karakter dan sifat Ilahi yang sebenarnya.
Kasih (Love)
Merupakan kekuatan untuk memdahulukan orang lain dan kekuatan
untuk tidak mementingkan diri sendiri dan
menanggung segala sesuatu. Tidak mementingkan diri sendiri disini dalam
artian tidak mendominasi keadaan meskipun mumpuni, tetapi lebih memberikan
kesempatan bagi orang untuk memberikan gagasan, ide dan pemikiran dalam hal memberi
reaksi atau tidakan.
Sukacita (Joy)
Sukacita membersihkan dan menyembuhkan roh
kita dari segala luka hati, dendam, dan depresi. Orang yang bersuka cita terpancar dari sikap rasa syukur atas
pencapaian yang diperoleh, bukan terlebih oleh karena hasil, tetapi cara
menikmati secara keseluruhan dalam langkah menuju pencapaian tujuan. Didalam
suka cita mengandung emosi yang alami yang dipancarkan dalam bentuk rasa
bahagia dan semangat.
Damai Sejahtera (Peace)
Merupakan kekuatan untuk merasa tenang ketika berada didalam badai
kehidupan. Ia tidak digoyahkan oleh keragu-raguan, ketakutan, dan serangan
musuh. Kedamaian akan berdiri
teguh dengan sendirinya karena mengacu pada sebuah kebenaran dan keadilan.
Kesabaran (Patience)
Merupakan kekuatan untuk tidak menyerah melainkan menanggung segala kesukaran dan keadaan. Didalam menyikapi kesabaran butuh kekuatan yang
besar, karena kesabaran itu selalu menuju pada proses penantian pencapain dalam
waktu yang lama. Orang yang sabar selalu menaruh harapan ketika melakukannya
langkah demi langkah dan tetes demi tetes. Kesabaran lebih juga mengacu pada
proses pengujian diri dalam hal pencapaian.
Kemurahan (Kindness)
Ialah kekuatan untuk tidak bersikap kasar terhadap orang lain.
Ini adalah perkembangan lebih lanjut dari hikmat. Kemurahan selalu mengedepankan kebersamaan dengan pola sentuhan
hati terhadap berinteraksi. Menemukan sesuatu dan memberikan nya kembali dengan
tidak mengagungkan diri atau harapan untuk balas jasa, tidak merasa hebat
meskipun sesungguhnya begitu, tidak menghakimi sesama dengan perbuatan dosa,
melainkan mengarahkannya.
Kebaikan (Goodness)
Merupakan kekuatan untuk melakukan apa yang benar secara moral. Ia
mempertimbangkan apa yang selama-lamanya yang merupakan hal yang terbaik bagi
orang lain. Kebaikan dilakukan
untuk mengatur hubungan/sikap antar sesama untuk menjalin komunikasi maupun
informasi. Kebaikan dilakukan supaya menerima dan diterima dalam ruang lingkup
aktivitasnya. Orang yang baik selalu menaruh rasa empati dan simpati terhadap
lingkungan sekitarnya.
Iman (Faithfulness)
Merupakan kekuatan untuk mengalahkan dunia, setan, adan
ujian-ujian. Iman merupakan Pondasi
dasar dalam membentuk karakter pola hidup manusia. Manusia diterima oleh karena
Iman dan kasih karuni Tuhan
Kelemahlembutan (Gentleness)
Merupakan kekuatan untuk tidak membalas dendam, baik dalam ucapan
maupun perbuatan. Kelemah lembutan
terkesan dengan sikap mengalah bukan berarti kalah, tetapi bagaimana
memanusiakan manusia, memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya.
Penguasan Diri (Self Control)
Penguasaan Diri adalah kekuatan untuk tidak menuruti
kehendak sendiri dan kekuatan untuk mengontrol nafsu makan dan perasaan yang
berlebihan. Penguasaan diri
dikendalikan oleh jati diri. Jika orang yang sudah menemukan jati diri ia akan
mampu menempatkan diri pada situsi, konisi dan toleransi. Menemukan jati diri
merupakan proses menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan dibarengi dengan
mewujudkannya pada kehidupan sehari-hari yang boleh memberkati orang lain.
Dengan pengendalian kita mempunyai hal-hal yang menyangkut prinsip yang teguh
dan tidak mudah terusik oleh sikap dan niat jahat orang lain.
Pada umumnya sikap
orang yang rendah hati terwujud dalam hal hal sebagai berikut: Mempertahankan
hubungan dengan baik, Membuat keputusan yang sulit menjadi sederhana/mudah, Mendahulukan
orang lain, Mendengarkan tanpa mendominasi setiap pembicaraan, Peduli dan
berbagi terhadap sesama, Menerapkan sopan santun dalam hal tindakan dan wacana,
Sapa, senyum dan memberikan salam.
Sebagai
pedoman perbuatan rendah hati kita boleh memperhatikan kisah Nabi Ayub
Dalam Kitab (Ayub 2:7-9)
diceritakan bahwa setelah iblis pergi dari hdapan Tuhan, Ayub terkena penyakit
yang tidak wajar dari kepala hingga kaki. Ayub mengambil beling untuk
menggaruk-garuk badannya, maka istrinya berkata, “Masih kah engkau dalam
kesalehanmu?. Kutukilah Allahmu dan matilah..!!!”.
Tetapi
hatinya tidak tergoyahkan, malah berkata kepada istrinya, Apakah kita mau
menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”. Dengan
kesalehan dan kerendahan hati Ayub maka Allah melimpahkan segala berkat berlipat
ganda yang melimpah bagiNya. Ayub merupakan sosok pedoman dalam hal Rendah
hati, sabar dalam kesesakan dan tetap berpegang teguh pada imanNya, harapannya
semoga kita dapat mengambil nilai-nilai dari pola hidup dari kisah Ayub ini,
Tuhan Yesus memberkati
Salam
Penulis: Amdan Siallagan