Minggu, 02 Oktober 2016

Be Humble



Be Humble (Rendah Hati)

Rendah Hati adalah suatu sikap yang tulus mengasihi orang lain tanpa memandang latar belakang apapun, menempatkan diri pada posisi dengan benar, memberikan rasa nyaman, memberikan nilai, berintegritas serta penguasaan diri dari berbagai bidang dan faktor yang dihadapi. 

Sikap orang rendah hati pada manusia tercemin seperti tumbuhan padi “Semakin berisi semakin merunduk”, tetapi sesungguhnya sikap rendah hati merupakan perbuatan Tuhan yang dicurahkan kepada kita yang percaya. Bagi manusia itu sangat sulit  diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari karena manusia hidup dalam dua unsur: Rohani dan Jasmani

Kebutuhan dari dua unsur tersebut selalu diperhadapkan dengan perbedaan yang saling mengorbankan satu dengan yang lain, tetapi seorang yang rendah hati mampu menyeimbangkan keadaan tersebut dari implementasi Salib. Dimana kebutuhan rohani menyangkut hubungan antara manusia dengan Allah dilambangkan dengan hubungan vertikal, kebutuhan Jasmani menyangkut hubungan antar sesama manusia dilambangkan hubungan secara horizontal. 

Untuk menyatukan dua kebutuhan tersebut Allah mengutus kristus sebagai penuntun manusia untuk mengatur kedua kebutuhan tersebut (Yoh 3:16). Yesus mengajarkan kerajaan Allah kepada manusia dan juga mengajarkan bagaimana seharus nya interaksi sesama manusia dengan Cinta kasih. Untuk menyikapi Interaksi antar sesama manusia sikap rendah hati itu tercipta berdasarkan keteladanan terhadap Kristus.  Proses pembentukan pola sikap rendah hati terwujud dari proses implementasi buah buah roh, yang diajarkan oleh Kristus bagi kita.
Arti Dari Kesembilan Buah Roh

Setipa buah Roh yang terdapat di dalam Galatia 5:22-23 adalah sebuah aspek dari sifat-sifat Allah. Karena itu, sasaran Roh Kudus adalah mengahasilkan setiap buah Roh ini di dalam hidup kita sehingga sifat kita bisa seperti kebenaran Firman Tuhan. Panggilan kita adalah “menjadi serupa dengan gambaran-Nya” (Roma 8:29). Kesembilan sifat ini harus berkembang dalam hidup kita, untuk kita dapat bertumbuh dalam karakter dan sifat Ilahi yang sebenarnya.

Kasih  (Love)
Merupakan kekuatan untuk memdahulukan orang lain dan kekuatan untuk tidak mementingkan diri sendiri dan menanggung segala sesuatu. Tidak mementingkan diri sendiri disini dalam artian tidak mendominasi keadaan meskipun mumpuni, tetapi lebih memberikan kesempatan bagi orang untuk memberikan gagasan, ide dan pemikiran dalam hal memberi reaksi atau tidakan.

Sukacita (Joy)
Sukacita membersihkan dan menyembuhkan roh kita dari segala luka hati, dendam, dan depresi. Orang yang bersuka cita terpancar dari sikap rasa syukur atas pencapaian yang diperoleh, bukan terlebih oleh karena hasil, tetapi cara menikmati secara keseluruhan dalam langkah menuju pencapaian tujuan. Didalam suka cita mengandung emosi yang alami yang dipancarkan dalam bentuk rasa bahagia dan semangat.


Damai Sejahtera (Peace)
Merupakan kekuatan untuk merasa tenang ketika berada didalam badai kehidupan. Ia tidak digoyahkan oleh keragu-raguan, ketakutan, dan serangan musuh. Kedamaian akan berdiri teguh dengan sendirinya karena mengacu pada sebuah kebenaran dan keadilan.

Kesabaran (Patience)
Merupakan kekuatan untuk tidak menyerah melainkan menanggung segala kesukaran dan keadaan. Didalam menyikapi kesabaran butuh kekuatan yang besar, karena kesabaran itu selalu menuju pada proses penantian pencapain dalam waktu yang lama. Orang yang sabar selalu menaruh harapan ketika melakukannya langkah demi langkah dan tetes demi tetes. Kesabaran lebih juga mengacu pada proses pengujian diri dalam hal pencapaian.

Kemurahan (Kindness)
Ialah kekuatan untuk tidak bersikap kasar terhadap orang lain. Ini adalah perkembangan lebih lanjut dari hikmat. Kemurahan selalu mengedepankan kebersamaan dengan pola sentuhan hati terhadap berinteraksi. Menemukan sesuatu dan memberikan nya kembali dengan tidak mengagungkan diri atau harapan untuk balas jasa, tidak merasa hebat meskipun sesungguhnya begitu, tidak menghakimi sesama dengan perbuatan dosa, melainkan mengarahkannya.

Kebaikan (Goodness)
Merupakan kekuatan untuk melakukan apa yang benar secara moral. Ia mempertimbangkan apa yang selama-lamanya yang merupakan hal yang terbaik bagi orang lain. Kebaikan dilakukan untuk mengatur hubungan/sikap antar sesama untuk menjalin komunikasi maupun informasi. Kebaikan dilakukan supaya menerima dan diterima dalam ruang lingkup aktivitasnya. Orang yang baik selalu menaruh rasa empati dan simpati terhadap lingkungan sekitarnya.

Iman (Faithfulness)
Merupakan kekuatan untuk mengalahkan dunia, setan, adan ujian-ujian. Iman merupakan Pondasi dasar dalam membentuk karakter pola hidup manusia. Manusia diterima oleh karena Iman dan kasih karuni Tuhan
Kelemahlembutan (Gentleness)
Merupakan kekuatan untuk tidak membalas dendam, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Kelemah lembutan terkesan dengan sikap mengalah bukan berarti kalah, tetapi bagaimana memanusiakan manusia, memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.


Penguasan Diri (Self Control)
Penguasaan Diri adalah kekuatan untuk tidak menuruti kehendak sendiri dan kekuatan untuk mengontrol nafsu makan dan perasaan yang berlebihan. Penguasaan diri dikendalikan oleh jati diri. Jika orang yang sudah menemukan jati diri ia akan mampu menempatkan diri pada situsi, konisi dan toleransi. Menemukan jati diri merupakan proses menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan dibarengi dengan mewujudkannya pada kehidupan sehari-hari yang boleh memberkati orang lain. Dengan pengendalian kita mempunyai hal-hal yang menyangkut prinsip yang teguh dan tidak mudah terusik oleh sikap dan niat jahat orang lain.

Pada umumnya sikap orang yang rendah hati terwujud dalam hal hal sebagai berikut: Mempertahankan hubungan dengan baik, Membuat keputusan yang sulit menjadi sederhana/mudah, Mendahulukan orang lain, Mendengarkan tanpa mendominasi setiap pembicaraan, Peduli dan berbagi terhadap sesama, Menerapkan sopan santun dalam hal tindakan dan wacana, Sapa, senyum dan memberikan salam.

Sebagai pedoman perbuatan rendah hati kita boleh memperhatikan kisah Nabi Ayub

Dalam Kitab (Ayub 2:7-9) diceritakan bahwa setelah iblis pergi dari hdapan Tuhan, Ayub terkena penyakit yang tidak wajar dari kepala hingga kaki. Ayub mengambil beling untuk menggaruk-garuk badannya, maka istrinya berkata, “Masih kah engkau dalam kesalehanmu?. Kutukilah Allahmu dan matilah..!!!”.


Tetapi hatinya tidak tergoyahkan, malah berkata kepada istrinya, Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”. Dengan kesalehan dan kerendahan hati Ayub maka Allah melimpahkan segala berkat berlipat ganda yang melimpah bagiNya. Ayub merupakan sosok pedoman dalam hal Rendah hati, sabar dalam kesesakan dan tetap berpegang teguh pada imanNya, harapannya semoga kita dapat mengambil nilai-nilai dari pola hidup dari kisah Ayub ini, Tuhan Yesus memberkati



Salam Penulis: Amdan Siallagan